Tulisan ini mungkin berbeda dari tulisanku yang ada di blog ini, sudah terlalu lama aku meninggalkan kegiatan yang tidak secara langsung menyelamatkan hidupku, sebuah terapi aku menyebutnya, membiarkan isi kepalaku melanglang buana, mengosongkan hatiku agar tidak menjadi terikat, dan mengikhlaskan jemariku mengetuk tut demi tut di atas keyboard. Aku tidak pernah berharap orang lain menyukainya, aku hanya ingin menumpahkannya, terlepas dari bagus atau tidak, menarik atau tidak, dan atau menginspirasi atau tidak, bukan urusanku dan diluar agendaku.
Terbangun dipagi hari dengan tubuh lelah tak berenergi bukanlah hal yang baik, mata terbuka namun pikiran terkunci dalam gelapnya mimpi bukan hal yang menyenangkan, tidak ada semangat pagi seperti yang disebar bapak-bapak di group whatsappnya, bagaimana bisa percikan-percikan asa untuk mengubah dunia terpantik kalau kicau burung aku sambut dengan teriakkan kegelisahan yang meraung. Bukan aku tidak mencoba untuk melawan, tapi setiap kali memaksa untuk bergerak aku justru semakin tenggelam seperti terjebak dalam pasir hisap dalam film Indiana Jones. Tidak sampai disitu karena makhluk-makhluk aneh dan banyak jebakkan-jebakkan menghantui setiap pergerakkanku sehingga membuat aku semakin ragu melangkah, otot-ototku terasa kaku karena dihujani deras dan dinginnya tanda tanya. Pada akhirnya setiap pagiku terasa lebih berat dari hari-hari kemarin, tidak lagi aku bisa menyemangati diri dengan kalimat "Yok bisa yok!" atau "You can do it Chandra!" yang ada hanya "Do I need to do this?" or "If I stop do this things, what will happen?". Ya pikiran pikiran yang jauh dari sugesti positif karena memang tidak ada lagi yang bisa menambah atau bahkan sedikit saja mengisi kotak-kotak yang tadinya berisi segala hal yang ingin aku capai.
Am I mentally down? am I mentally broke? gak tau, aku gak tau. I have tried to find profesional help but then it's more killing me rather than helping me, apa psikolognya yang salah? aku rasa sih bukan. Kata orang-orang atau temanku itu karena aku belum benar-benar membuka diri, karena dokter se-ahli apapun tidak akan bisa mendiagnosa apapun kalau kita tidak jujur tentang apa, bagaimana dan dimana rasa sakitku serta seperti apa riwayat hidupku. Namun bicara tentang terbuka, sungguh aku tidak mengerti tentang bagaimana sebenarnya terbuka itu, apa indikatornya sehingga aku dikatakan sudah terbuka atau belum. Menjadi terbuka mungkin hal yang asing untukku atau justru hal yang sangat familiar karena sungguh aku adalah orang yang selalu terbuka. Kebingungan kalian yang membaca paragraf ini sepertinya sama dengan kebingunganku tentang keadaanku sekarang.
Aku tidak mengenali diriku lagi, aku tidak tau sebenarnya mana Chandra yang aseli. Yang aku tau Chandra adalah orang yang selalu menertawakan apapun yang terjadi, membuat kelakar tentang dirinya atau orang lain sehingga orang lain menyangka hidupnya minim derita dan penuh tawa. Tapi ternyata sikap jenaka ini disebut sebagai pupuk kompos yang menyuburkan tanaman benalu bernama latin Anxietus Depressieae, karena ini adalah jalan yang aku pilih untuk memanipulasi keadaan mentalku yang sudah hancur sejak lama, semakin aku berkelakar dan tertawa bukan berarti aku membabat benalu ini tapi justru aku mebiarkannya tumbuh berakumulasi sehingga kini jadi parasit yang mulai menggerogotiku. Dari sini aku jadi merasa kehilangan arah, aku bertanya kepada diriku sendiri apa benar yang aku lakukan ini salah? atau apa salah menganggap yang aku lakukan ini benar? Iya sekali lagi, se-tersesat itu aku sekarang.
Ketika tawaku dipertanyakan dan ketika candaku dipermasalahkan.
Kecup Waras
CHNDW
0 comments:
Post a Comment
Thank's for your comments