NominatorGoVlog - HIV/AIDS, Terus Kenapa?

HIV (Hasrat Ingin Vivis) bukan! HIV itu Human Immunodeficiency Virus atau virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini menyerang sel darah putih yang banyak berperan dalam menjaga kekebalan tubuh manusia, jika sel-sel ini sudah diserang oleh virus HIV maka akan rusak dan jumlahnya akan berkurang dan akan mengakibatkan mudahnya penyakit-penyakit masuk kedalam tubuh, yang kemudian yang kemudian dan yang kemudian, amat sangat banyak kelanjutan dari cerita virus tersebut mirip seperti teori efek domino.


Sebenernya virus ini dibilang jahat sih enggak tapi kalo dibilang jahat ya emang jahat. Kenapa? Karena sebenernya virus ini gak mematikan, karena virus ini cuman menyerang sistem kekebalan tubuh, sedangkan yang mematikan ketika virus ini sudah mencapai kondisi on fire dan berubah menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dimana kondisi seperti ini artinya sistem imun atau kekebalan kita sudah tak lagi berfungsi yang membuat virus-virus lain yang memang benar-benar mematikan masuk kedalam tubuh kita dan menghancurkan tubuh kita, dan karena sistem kekebalan tubuh sudah tak berfungsi artinya bukan hanya satu virus atau penyakit yang masuk kemudian menggerogoti tubuh si pengidap AIDS tersebut. Jadi pada kenyataannya AIDS itu tidak mematikan, hanya saja AIDS bisa dikatakan sebagai si yang punya hajat, dia mengundang teman-temannya sesama virus maupun bakteri, atau apapun itu yang menyebabkan penyakit masuk kedalam tubuh. TBC (Tuberculossa) merupakan salah satu sahabat karib dari HIV/AIDS karena kebanyakan penyakit itulah yang paling sering ditemukan pada tubuh penderita HIV/AIDS, ada juga penyakit-penyakit lain yang turut serta berperan memperparah kondisi dari tubuh yang digerogoti oleh HIV/AIDS, seperti radang saluran pencernaan, radang karena jamur di mulu, kanker kulit dan gangguan susunan saraf.

Jadi sudah jelas sepertinya kalau HIV/AIDS itu tidak membunuh tapi teman-teman dari HIV/AIDS itu yang membunuh. Namun apa daya? Karena adanya HIV/AIDS dalam tubuh maka mudah untuk penyakit-penyakit itu masuk, maka jadilah HIV/AIDS yang dijadikan kambing hitam disini dan ironisnya pengidap virus HIV yang sudah memasuki fase AIDS maupun belum masih menjadi momok di masyarakat Indonesia, masih cukup banyak orang-orang yang justru menganggap HIV/AIDS itu sangat berbahaya dan sangat mudah menular dan orang yang tubuhnya dijadikan sarang oleh virus HIV dianggap harus dijauhi bahkan dikucilkan dari masyarakat. Hey! Tidakkah masyarakat tahu kalau TBC itu lebih mudah menular daripada HIV/AIDS?! Tidakkah masyarakat sadar kalau Hepatitis itu lebih tangguh dalam menular daripada HIV/AIDS?! Dan tidakkah masyarakat mengerti kalau panu, kadas dan kurap itu lebih terlihat jelas pada penularannya daripada HIV/AIDS?! Lantas kenapa?? Kenapa pengidap virus HIV harus dianggap sebagai orang yang menjijikan sampai harus dikucilkan? Kenapa pengidap virus HIV harus mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dan diperlakukan diskriminasi terhadap mereka??!! Padahal TBC sangat cepat menular melalui udara, sedangkan HIV/AIDS sama sekali tidak bisa menular melalui udara. Padahal hepatitis sangat mudah menular melalui keringat yang bersentuhan langsung maupun tidak, dan AIDS tidak bisa menular melalui keringat. Dan padahal panu, kadas dan kurap sangat terlihat lebih menjijikan dan mudah menular melalui benda-benda yang pernah dikenakan oleh penderitanya dan kemudian orang lain mengenakannya juga tanpa dicuci terlebih dahulu, padahal AIDS tidak bisa menular dengan cara seperti itu.

Tapi kenapa??!! Ya pertanyaan itu akan selalu muncul dalam benak setiap orang yang mengidap virus HIV/AIDS tersebut ataupun orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk turut memperjuangkan hak-hak dari pengidap HIV/AIDS, padahal seharusnya mereka tidak perlu dijauhi, tidak perlu ditakuti, dan tidak perlu dianggap berbahaya, karena mereka itu sama saja seperti orang-orang yang sehat dan tidak mengidap virus HIV. Apa karena HIV belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya? Sedangkan TBC, Hepatitis, panu, kadas, dan kurap sudah ditemukan? Atau karena jumlah orang yang meninggal karena TBC, Hepatitis, Panu, Kadas, dan kurap jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah orang yang meninggal karena HIV/AIDS? Oke pada konteks meninggal ini kita hilangkan 3 penyakit gak penting seperti panu, kadas, kurap karena tidak pernah atau tidak mungkin menyebabkan kematian kecuali ketika seseorang menderita salah satu dari 3 penyakit tersebut yang kemudian teman-teman dekatnya mem-bully-ing dia karenya penyakitnya itu, kemudian dia merasa depresi karena malu, kemudian dia memilih melompat terjun dari lantai tiga ke lantai satu disebuah mall di Jakarta, mungkin saja penyakit ini menyebabkan kematian, tapi tetap saja dalam berita kematiannya tidak akan dibahas “Menderita Panu atau kadas atau kurap.” Lain halnya dengan si penderita AIDS, jika hal yang sama terjadi, mungkin saja ada sensasi lain yang ditampilkan oleh media, mungkin akan muncul sebuah wacana “Pelompat bunuh diri karena tidak kuat menerima kenyataan kalau si pelompat positif HIV.” Ya, HIV memang selalu menimbulkan sensasi tersendiri disetiap wacana yang kita cermati. Tapi sadarkah kita kalau seharusnya kita harus lebih mewaspadai 3 penyakit ini, Kenapa? Karena kalau kita teliti, waktu kita pergi ke kolam renang pasti kita akan melihat himbauan yang bertuliskan “Orang yang memiliki penyakit kulit yang menular dilarang berenang.” Ataupun kalimat sejenisnya. See? Panu, Kadas, dan kurap merupakan penyakit kulit yang menular dan mereka dilarang berenang bersama orang yang tidak menderita penyakit tersebut, tapi apakah pernah kita lihat ada larangan atau himbauan “Orang yang memiliki virus HIV/AIDS didalam tubuhnya dilarang berenang.” Kalo sampe ada yang lihat ada himbauan seperti ini silahkan hubungi KPA terdekat, karena HIV/AIDS tidak menular sekalipun kita berenang bersama dengan penderita virus HIV/AIDS! Sekali lagi mohon dimengerti dan dipahami itu.

Saya mencoba membaca dari semua keadaan ini, saya mencoba memahami dari semua kondisi ini, dan saya mencoba mengerti dari semua apa yang sudah terjadi disini. Saya mencoba menganggukkan kepala yang artinya mengerti mengapa mereka sampai hati menjauhi bahkan mengkucilkan penderita virus HIV, itu semua karena HIV tidak dapat disembuhkan, sedangkan penyakit yang lain sudah mempunyai obat untuk menyembuhkannya, disini kita juga memiliki kanker yang sama seperti HIV belum memiliki obat untuk membunuh virus yang berkembang biak didalam tubuh manusia, tapi sayangnya kanker bukan penyakit yang menular, sedangkan HIV/AIDS menular. Kemudian cara penularan HIV/AIDS dinilai sarat akan kehidupan yang menyeramkan, seperti perilaku seks yang tidak sehat, perilaku seks yang menyimpang, ataupun perilaku pengguna narkoba, jadi wajar saja kalau para penderita HIV/AIDS langsung di cap sebagai orang yang kotor di mata masyarakat. Ya dengan begini memang sepertinya wajar saja kalau para penderita HIV/AIDS mendapat perlakuan diskriminasi didalam kehidupan bermasyarakat, tidak usah penderita HIV/AIDS, jika kita melihat seorang PSK, sebagai orang baik-baik atau sebagai orang tua yang baik pasti akan langsung memerintahkan anaknya agar tidak dekat-dekat dengan mereka karena takut nantinya anak mereka akan dihasut dan dipengaruhi untuk turut juga terjun di dunia yang seperti itu.

Stigma seperti itu sebenarnya yang saya pikir membuat banyak orang menjadi takut bahkan enggan untuk berdekatan dengan para penderita HIV/AIDS. Ada juga stigma yang berpikir kalau seorang penderita HIV/AIDS tidak ingin mengidap virus itu sendirian dan akan menularkannya kepada orang lain. Melihat hal ini saya merasa sangat miris dan terpukul, apakah harus dilabelkan seburuk itukah para pengidap virus HIV/AIDS? Dan tidak sadarkah kita apa yang membuat stigma tersebut muncul? Tidak lain tidak bukan adalah karena masyarakat sendiri yang terlanjur sudah memberikan sebuah predikat negatif untuk para pengidap HIV/AIDS, secara tidak langsung masyarakat sudah melakukan bullying kepada mereka, secara tidak langsung masyarakat sudah membuat mereka semua depresi, merasa sendiri hidup didunia ini dan kemudian mulai frustasi yang berlanjut keinginan untuk mencari teman dengan cara yang salah, ya kemudian muncullah stigma kalau penderita HIV/AIDS tidak ingin mengidap virus itu sendirian dan akan menularkannya kepada orang lain.

Didalam benak saya terpapar jelas bagaimana indahnya hidup ini dalam kebersamaan, tidak ada beda antara orang yang mengidap penyakit apapun dengan orang yang sehat wal’afiat. Orang-orang dengan kusta saja yang mudah juga menular mampu hidup dengan orang-orang biasa, kenapa orang-orang dengan AIDS harus hidup hanya dengan teman-teman mereka yang juga mengidap AIDS? Di Bali begitu banyak yayasan maupun LSM yang berjuang untuk melindungi hak-hak para pengidap HIV/AIDS untuk tetap hidup layak didalam masyarakat, andai saja hal itu juga diterapkan di seluruh kota di Indonesia, pasti para penderita AIDS akan merasakan hidup nyaman tanpa adanya diskriminasi. Mereka orang-orang yang beresiko terkena dampak virus HIV dibimbing dan diberikan pengetahuan yang lebih agar dapat menyelamatkan diri mereka sendiri agar dapat terhindar dari virus HIV, ketika merea sudah dapat menyelamatkan diri mereka sudah pasti akan terjadi efek domino selanjutnya, mereka akan menyelamatkan teman-teman mereka dan begitu pula selanjutnya. Dan mereka yang yang sudah terkena virus HIV/AIDS, diberikan pengetahuan yang lebih agar dapat menjaga diri mereka tetap sehat dan tidak sampai menularkan virus HIV/AIDS ke orang-orang lain. Para remaja diberikan kegiatan yang lebih positif dan pengetahuan yang lebih dari cukup agar mereka bisa merawat diri, menjaga diri dari kegiatan negatif yang beresiko terhadap penyebaran virus HIV. Tapi kenapa hanya yayasan dan LSM atau instansi pemerintah saja yang melakukan peran tersebut? apa karena memang ini hanya tugas mereka? Kita sebagai masyarakat hanya ingin hidup enak tanpa harus khawatir akan terkena dampak dari virus HIV karena memang sudah menjadi hak warga negara untuk dilindungi oleh negaranya?! Jika masih ada dari anda yang berpikir seperti ini silahkan anda menjadi warga negara di kehidupan dalam mimpi anda.

Kita sebagai warga negara yang hidup bermasyarakat harus juga ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan kita, turut ikut serta dalam kegiatan positif, turut juga dalam kegiatan merangkul para pengidap virus HIV, ikut menyadarkan masyarakat lain tentang HIV, dengan begini tidak akan ada lagi penilaian negatif kepada para Orang Dengan HIV/AIDS dari masyarakat karena bukan hanya satu atau dua kelompok masyarakat yang merangkul mereka, tapi seluruh lapisan masyarakat. Jika menghentikan memang tidak mungkin tapi menghambat bukan suatu hal yang mustahil, inilah yang saya dapat dari mereka para relawan dari yayasan maupun LSM di Bali yang tidak pernah mengenal kata menyerah dan putus asa untuk terus menjaga mereka para orang yang mengidap HIV/AIDS maupun para mereka yang berperilaku beresiko terjangkit virus HIV/AIDS.

Untuk para remaja, “Stay away from drugs, stop free sex, and have a healthy life.” Jangan pernah mencoba narkoba sekalipun kalian penasaran, jika memang benar-benar penasaran dan benar-benar ingin mencoba silahkan kalian hubungi dokter maka kalian akan diberikan narkoba yang tidak berbahaya. Jangan pernah mencoba untuk melakukan sex di luar nikah sekalipun diiming-imingi atas dasar rasa cinta, biarkan cinta itu buta tapi kalian para remaja tidak buta terhadap berbahayanya sex diluar nikah. Budayakan hidup sehat, banyak ber olah raga dan melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya agar pikiran untuk mencoba dua hal tersebut dapat dihilangkan.

Saya Chandra Dwi Putra, dengan ini menyatakan KE-PE-DU-LI-AN-NYA terhadap HIV/AIDS! Ayo sama-sama kita rangkul para orang-orang dengan HIV/AIDS, jangan biarkan mereka sendiri, karena mereka para orang dengan HIV/AIDS juga AIDS (Aku Ingin Di Sayang).

Share Post

Chandra Dwi Putra: Tangerang-Banten.




Kecup PEDULI,
     
CHNDW    

1 comment:

Thank's for your comments

 
CHNDW Blog © 2010 | Designed by Trucks, in collaboration with MW3, Broadway Tickets, and Distubed Tour