Hari Pertama di Bali Bagian Kedua. (The Legian of Night Life)

Oke teman lanjut lagi dari cerita yang bagian pertama dan sekarang kita masuk ke bagian kedua.

Setelah semua sudah mendapatkan barang-barangnya yang di bagasi, kita semua beranjak keluar dari bandara dan mencari orang-orang yang katanya bakalan jemput kita dari panorama tour, di luar banyak banget para penjemput yang menyertakan tulisan siapa yang akan mereka jemput, agak lucu juga sih dan gue agak sedikit norak karena jadi berasa kayak di film-film hahaha. Tapi kita gak ngeliat pihak yang mau jemput kita, gak ada tulisan yang mengatas namakan kelompok kita sampe akhirnya ada seorang yang berbadan cukup gempal dengan baju yang bercorak warna warni ngejreng dan memegang tulisan "Ausem" what? what Ausem? gue bingung apa itu Ausem, dan sepintas gue berpikir oh itu maksudnya "AWESOME" kali ya? ya karena kita emang awesome sih sebenernya namanya juga 10 nominator blogger hahahaha. Ternyata Ausem itu maksudnya adalah Australian Embassy, damn gue salah kaprah tapi tetep gue berasa awesome kok #BelaDiri

Setelah bertemu para penjemput, sebelum sampe di bus kita semua dikalungin bunga kamboja, baunya yang khas dan sangat gue kenal ini melingkar tepat di leher gue. (FYI: di Bali, bunga kamboja itu dihargai Rp. 1000,-/bunga) Usai di kalungkan bunga, sudah saatnya kita semua naik ke bus dan menuju ke Hotel. Di dalam bus kita ditemani dengan cuap-cuapnya beli Gede ya katanya sih sesuai nama dengan postur tubuhnya haha, ini katanya beli Gede loh bukan kata gue, disini gue cuman ngutip doang.

Sampe di Hotel kita semua langsung disambut sama mas Rendy dari Australian AID, dan tanpa malu-malu langsung makan siang di Hotel sambil nunggu reservasi kamar selesai. Waktu lagi makan siang, 2 orang nominator dari Djogja yang sudah sampai lebih dulu mendatangi kita, mereka adalah Fadel dan Aziz (Djogja). Tadinya gue pikir disini kita bakalan didekatkan satu sama lain dengan ditempatkan minimal 2 orang dalam 1 kamar, sekalipun sendiri ya pasti kamarnya juga yang single. Tapi ternyata jeng jeng gue harus berada sendiri tidur didalam kamar dengan double bed dan 4 buah bantal, kondisi kayak gini yang bikin gue jadi kangen sama cewek gue hahaha, udah mana AC dingin banget jadi makin kangen dan butuh cewek gue deh #CariAlesan

Tadinya hari pertama gue disini gak ada rencana buat kunjungan dari jadwal acaranya jadi gue pikir gue bisa menghabiskan waktu gue di kamar yang tidak seharusnya gue berada sendiri disini dengan melakukan tindakan-tindakan norak gue. Tapi ternyata jadwal acara di rubah, jam setengah 4 kita harus sudah kumpul lagi di loby untuk berangkat ke Yayasan Spirit Paramachitta, dimana disana merupakan sebuah yayasan tempat berkumpulnya dan dibimbingnya para pengidap HIV/AIDS, dan disana para penghuninya sangat beragam, ada laki-laki, ada perempuan, ada laki-laki durhaka (Gay/MSM/LSL), ada centaur (setengah laki-laki, setengah perempuan), dan ada centaur nyaris sempurna (waria-waria cantik). Oiya, sebelum berangkat kita dipertemukan lagi dengan 2 orang nominator dari kota pahlawan Surabaya, mereka itu adalah mba Vina yang ternyata sedang hamil muda dan Ekky yang ternyata gue gak ngerti ternyata dia apaan (Surabaya). Ada sebuah accident lucu sewaktu kita mau berangkat ke Yayasan Spirit Paramachitta ini, ketika  peserta sudah menaiki bus ada 1 peserta yang gak kunjung terlihat, dia itu mba Ruri yang ternyata dia lupa menyocokkan waktu Bali, dia pikir masih jam setengah 3, dia gak sadar kalau di Bali menggunakan waktu WITA (Waktu Indonesia TengAh) yang artinya jam di bali 1 jam lebih cepat dari jam di Jakarta, alhasil dia harus berburu dengan waktu daripada tertinggal. Perjalanan ke Yayasan Spirit Paramachitta ini cukup memakan waktu yang lama, harusnya perjalanan dari hotel kesana cukup ditempuh dalam waktu 45 menit, tapi sayang Bali tak lagi seperti dulu, kini bali sudah mirip seperti Jakarta yang macet dan membuat kesabaran sedikit terganggu. Namun ada sedikit perbedaan antara macet Bali dengan macet Jakarta, kalo di Jakarta lagi macet lo pasti bakalan disuguhkan dengan teriakan caci maki, dan dengungan klakson dari kendaraan bermotor, sedangkan di Bali lo gak bakalan nemuin hal itu.

Akhirnya kita sampe di tempat tujuan, Yayasan Spirit Paramachitta dengan terlambat tentunya. Dan orang-orang dari yayasan tersebut bersedia untuk membagikan pengalaman dan pengetahuan mereka, cukup banyak informasi yang kita dapatkan. Sebenernya sih pengen gue tulisin apa aja informasi yang gue dapetin di yayasan ini, tapi ini bukan artikel yang serius jadi skip aja lah ya.

Dan kita pun kembali ke hotel, sampe di hotel sambutan dinner dari hotel disuguhkan, kelaparan dan kecapekan cukup membuat semangat untuk langsung menyantap makan malam, dan waktu makan malam itu semakin mendekatkan kita sebagai teman. Usai makan malam, tadinya gue pengen banget istirahat, tidur biar besok paginya bisa sedikit seger, tapi ternyata gue tergoda ajakan anak-anak yang lain untuk jalan-jalan dulu, alhasil gue manut deh ikutin mereka dipandu sama tour leader dari Panorama Tours mba Diah untuk menuju ke pantai Kuta dan Legian. Gue punya tujuan khusus ikutan mereka jalan-jalan, yaitu cari minimart atau apapun supaya gue bisa beli cemilan dan yang terpenting PASTA GIGI karena gue lupa bawa hahaha, setelah lelah ngider-ngider pantai Kuta, photo-photo di Hard Rock dan pantai Kuta dikala malam, kita beranjak ke Legian. Disini kita bisa liat bar, diskotik, club yang menyuguhkan hiburan malam untuk para turis asing maupun lokal, ada sexy dancer, ada live music show dari mulai metal, rock, sampe ke reaggae, seru banget tapi sayang tujuan kita emang cuman ngider-ngider aja, gak ada niatan buat masuk #IngetPacar dan diakhir perjalanan kita berphoto bersama di tugu peringatan Bom Bali.

Sialan, gue pikir kita jalan lewatin legian gini karena emang searah sama jalan kita balik ke hotel, ternyata setelah sampe di tugu peringatan Bom Bali, kita harus jalan ke arah balik lagi ke jalan yang tadi kita udah lewatin karena jalan kita kembali ke hotel emang kesana, langsung deh berasa pegelnya ini kaki udah kayak nganterin nenek-nenek belanja di pasar tradisional via online. Dan diperjalanan pulang gue nemuin sebuah minimart tanpa ragu gue langsung masuk dan membeli PASTA GIGI yang utama kemudian diikuti 1 batang coklat, 1 kotak susu, dan 1 kaleng kopi, tadinya gue pikir gue doang yang bakalan belanja ternyata eh ternyata yang lain ikutan belanja, dan sialannya si Feby yang paling banyak belanja.

Belum juga sampe di hotel, kita udah disambut sama rintik hujan yang semakin lama semakin deras dan pada akhirnya kita basah sampe di hotel. Sempet khawatir gak dibolehin masuk ke dalem hotel karena udah basah dan mirip kayak anak-anak penjaja ojek payung, tapi kekhawatiran gue itu emang cuman karena berlebihannya sisi imajinasi gue. Kita semua akhirnya kembali ke kamar masing-masing.

0 comments:

Post a Comment

Thank's for your comments

 
CHNDW Blog © 2010 | Designed by Trucks, in collaboration with MW3, Broadway Tickets, and Distubed Tour